Tahap pengikhtisaran merupakan tahap lanjut dari proses pencatatan dalam siklus akuntansi. Pengikhtisaran akuntansi bertujuan menguji kebenaran transaksi yang tercatat dalam jurnal dan akun buku besar. Proses pengikhtisaran biasanya dilakukan pada akhir periode akuntansi setelah pencatatan dan pemindahbukuan dikerjakan.
Tahap pengikhtisaran siklus akuntansi dimulai dengan menyusun neraca saldo yang bersumber dari buku besar. Akun–akun dalam buku besar merupakan akun sementara, artinya akun–akun tersebut belum menunjukkan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Oleh karena itu, diperlukan jurnal penyesuaian untuk menunjukkan saldo akun yang sebenarnya.Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.
1. Neraca Saldo
a. Pengertian Neraca Saldo
Neraca saldo merupakan daftar terperinci yang berisi saldo–saldo pada buku besar yang disusun di akhir periode akuntansi. Fungsinya untuk memastikan setiap transaksi berada pada nilai dan posisi yang benar. Sumber penyusunan neraca saldo adalah buku besar. Berikut bentuk kolom neraca saldo:
Keterangan:
(1) Kolom nomor akun diisi dengan nomor kode akun.
(2) Kolom nama akun diisi dengan nama akun sesuai dengan urutan nomor akun.
(3) Kolom debit diisi dengan jumlah saldo akun yang bersaldo debit.
(4) Kolom kredit diisi dengan jumlah saldo akun yang bersaldo kredit.
b. Langkah–Langkah Menyusun Neraca Saldo
Penyusunan neraca saldo didasarkan pada saldo akun yang terdapat pada buku besar sehingga penyusunan neraca saldo harus memperhatikan bentuk buku besarnya. Penyusunan neraca saldo sebagai berikut:
- Menghitung saldo tiap–tiap akun buku besar.
- Menyusun saldo tiap–tiap akun buku besar dalam neraca saldo sesuai nomor kode akun dan tingkat likuiditas.
c. Jurnal Penyesuaian
Penyusunan neraca saldo biasanya dilakukan setiap akhir bulan atau pada akhir periode akuntansi. Saldo akun pada neraca saldo merupakan ringkasan dari pencatatan akuntansi dalam periode akuntansi. Apakah data pada neraca saldo dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan? Pada akhir periode belum semua akun dalam neraca saldo menunjukkan akun sebenarnya. Misalnya akun pendapatan dan beban belum menunjukkan jumlah pendapatan dan beban yang sebenarnya selama periode bersangkutan.
Mungkin selama berjalannya waktu dalam satu periode akuntansi telah terjadi perubahan–perubahan yang belum dicatat. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyesuaikan perubahan akun yang berada pada neraca saldo ini dengan membuat jurnal penyesuaian agar menunjukkan kondisi sebenarnya.
- Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang tidak didasarkan pada aktivitas transaksi, tetapi didasarkan pada perhitungan atau keterangan tertentu seperti beban penyusutan gedung, beban sewa gedung, dan utang gaji. - Tujuan Jurnal penyesuaian
a) Membuat setiap akun riil (akun aset, liabilitas, dan ekuitas) menunjukkan jumlah sebenarnya pada akhir periode akuntansi.
b) Membuat setiap akun nominal (pendapatan dan beban) menunjukkan jumlah pendapatan dan beban yang betul terjadi pada akhir periode akuntansi. - Pencatatan Jurnal Penyesuaian
Dalam perusahaan jasa ada tujuh kejadian yang sering terjadi dan memerlukan penyesuaian pada akhir periode akuntansi.
Akun–akun yang memerlukan penyesuaian sebagai berikut:
a) Perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang digunakan perusahaan untuk kegatan operasional yang habis dipakai kurang dari satu tahun (dalam satu periode akuntansi). Perlengkapan yang sudah terpakai akan menjadi beban pada akhir periode akuntansi.
b) Penyusutan Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang siap digunakan dalam operasional perusahaan dan digunakan lebih dari satu tahun. Contoh aset tetap adalah peralatan usaha, kendaraan, mesin, dan gedung. Aset tetap mengalami penyusutan atau berkurangnya kemampuan untuk memberikan manfaat ekonomi secara berangsur-angsur.
c) Beban dibayar di muka
Beban dibayar di muka adalah transaksi yang pada awalnya dianggap sebagai harta (aset), tetapi menjadi beban pada kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang pada masa depan akan memberikan manfaat. Conto hakun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka, dan bunga dibayar di muka. Pencatatan jurnal penyesuaian akun beban dibayar di muka dapat dilakukan dalam dua cara yaitu:
Berikut ini merupakan contoh transaksi pembayaran sewa dibayar di muka. Pada tanggal 1 Maret 2019, Clean n Fresh Laundry membayar sewa tempat usaha sebesar Rp6.000.000,00 untuk masa satu tahun. Pada saat transaksi pembayaran sewa, pencatatan pada jurnal umum dilakukan dengan cara mendebit akun sewa dibayar di muka dan mengkredit akun kas. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 Maret 2019 sebagai berikut:
Sewa dibayar di muka Rp6.000.000,00
Kas Rp6.000.000,00
Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan cara mendebit akun beban sewa dan mengkredit akun sewa dibayar di muka. Sewa yang telah menjadi beban hingga tanggal 31 Desember 2019 adalah 10 bulan (1 Maret – 31 Desember 2019). Jumlah beban sewa sebesar 10/12 x Rp6.000.000,00 = Rp5.000.000,00. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Beban sewa Rp5.000.000,00
Sewa dibayar di muka Rp5.000.000,00
Jika transaksi di atas dicatat sebagai beban, transaksi dicatat pada jurnal umum dengan mendebit akun beban sewa dan mengkredit akun kas. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 Maret 2019 sebagai berikut:
Beban sewa Rp6.000.000,00
Kas Rp6.000.000,00
Untuk membuat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu harus menentukan bagian sewa yang masih harus menjadi sewa dibayar di muka pada akhir periode akuntansi (Januari – Februari 2020 = 2 bulan) yaitu 2/12 x Rp6.000.000,00 = Rp1.000.000,00. Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan mendebit sewa dibayar di muka dan mengkredit beban sewa. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Sewa dibayar di muka Rp1.000.000,00
Beban sewa Rp1.000.000,00
d) Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan diterima di muka merupakan transaksi yang dicatat sebagai utang, tetapi akan menjadi pendapatan pada kemudian hari. Pendapatan ini muncul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut. Contoh pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan bunga diterima di muka. Penyesuaian akun pendapatan diterima di muka bisa dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
Berikut merupakan contoh transaksi penerimaan sewa diterima di muka. Pada tanggal 1 April 2019 CV Jasa Kios menerima pendapatan sewa atas kios untuk masa satu tahun senilai Rp7.500.000,00. Jika dicatat sebagai utang, transaksi dicatat pada jurnal umum dengan mendebit akun kas dan mengkredit akun sewa diterima di muka. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 April 2019 sebagai berikut:
Kas Rp7.500.000,00
Sewa diterima di muka Rp. 7500.000,00
Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan cara mendebit akun sewa diterima di muka dan mengkredit akun pendapatan sewa. Bagian sewa yang telah menjadi pendapatan adalah 9 bulan (1 April – 31 Desember 2019) sebesar 9/12 x Rp7.500.000,00 = Rp5.625.000,00. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Sewa diterima di muka Rp5.625.000,00
Pendapatan sewa Rp5.625.000,00
Jika transaksi di atas dicatat sebagai pendapatan, transaksi dicatat pada jurnal umum dengan mendebit akun kas dan mengkredit akun pendapatan sewa. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 April 2019 sebagai berikut:
Kas Rp7.500.000,00
Pendapatan sewa Rp7.500.000,00
Untuk membuat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu harus menentukan bagian pendapatan yang masih menjadi sewa diterima di muka pada akhir periode akuntansi 31 Desember 2019, yaitu Januari – Maret 2020 = 3 bulan, sebesar 3/12 x Rp7.500.000,00 = Rp1.875.000,00. Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan mendebit akun pendapatan sewa dan mengkredit akun sewa diterima di muka. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Pendapatan sewa Rp1.875.000,00
Sewa diterima di muka Rp1.875.000,00
e) Beban Yang Masih Harus Dibayar (Utang Beban)
Beban yang masih harus dibayar (utang beban) adalah beban yang sudah menjadi kewajiban ditinjau dari segi waktu (jatuh tempo), tetapi perusahaan belum melakukan pembayaran. Contohnya adalah gaji yang masih harus dibayar dan bunga yang masih harus dibayar.
Misalnya, suatu perusahaan menetapkan pembayaran gaji pada tanggal 1 Desember 2019 kepada empat karyawan sebesar Rp8.000.000,00. Selama bulan Desember, ada seorang karyawan yang belum mengambil gaji sebesar Rp2.000.000,00. Hal ini berarti perusahaan memiliki utang gaji kepada karyawan yang bersangkutan. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Beban gaji Rp2.000.000,00
Utang gaji Rp2.000.000,00
f) Pendapatan Yang Masih Harus Diterima (Piutang Pendapatan)
Pendapatan yang masih harus diterima atau piutang pendapatan adalah pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima pembayarannya hingga akhir periode akuntansi. Meskipun belum menerima uang, pada akhir periode perusahaan akan mencatat pendapatan tersebut sebagai penghasilan karena perusahaan telah memberikan jasanya.
Akan tetapi, hingga pada tanggal 31 Desember 2019 perusahaan tersebut belum menerima pelunasan. Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Piutang sewa Rp2.500.000,00
Pendapatan sewa Rp2.500.000,00
g) Piutang Tidak Tertagih
Piutang tidak tertagih adalah resiko akibat tidak tertagihnya piutang perusahaan karena pelanggan tidak melakukan pembayaran. Transaksi piutang tidak tertagih diperlakukan sebagai beban. Misalnya Clean n Fresh Laundry menetapkan 5% sebagai piutang tidak tertagih atas piutang usaha sebesar Rp9.000.000,00. Perhitungan piutang tidak tertagih adalah 5% x Rp9.000.000,00 = Rp450.000,00.
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2019 sebagai berikut.
Beban kerugian piutang Rp450.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp450.000,00