Pada pembahasan pertama ini, kalian akan memahami hakikat fiksi, jenis-jenis fiksi, dan yang terakhir unsur-unsur fiksi.

1. Hakikat Fiksi

Nurgiyantoro (2015: 2) menyatakan bahwa fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 2) menyatakan bahwa fiksi merupakan cerita rekaan atau cerita khayalan, hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual, sesuatu yang benar-benar terjadi.

Nah, sekarang kalian sudah tahu kan apa yang dimaksud fiksi? Jika sudah mari kita lanjut ke jenis-jenis fiksi.

2. Jenis-Jenis Fiksi

Seperti halnya dalam kesastraan Inggris dan Amerika, teks fiksi menunjukan pada
karya yang berwujud novel dan cerita pendek. Nurgiyantoro (2015: 11)
menyatakan bahwa pengertian fiksi sengaja dibatasi pada karya yang berbentuk
prosa, prosa naratif, atau teks naratif.

Novel (INggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut juga fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang kayu yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.

NUrgiyantoro (2015: 5) menyatakan bahwa dalam dunia kesastraan terdapat seuatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 5) menyatakan bahwa karya sastra yang demikian disebut sebagai fiksi historis (historical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah, fiksi biografis (biographical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan fiski sains (science fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan.

  1. Fiksi historis (historical fiction),
    Fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah. Contoh: karya-karya Dardji Zaidan seperti Bendera Hitam dari Kurasan dan Tentara Islam di Tanah Galia dapat dipandang sebagai fiksi historis. Novel historis terikat oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian berbagai sumber. Namun, di dalam cerita tersebut memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan memberitakan pikiran dan perasaan tokoh lewat percakapan. Contoh lain misalnya, novel Surapati dan Robert Anak Surapati (Abdul Muis) yang berangkat dari fakta sejarah.
  2. Fiksi biografis (biographical fiction)
    Fiksi biografis jjika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis. Contoh: Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (Cindy Adam) dan Kuantar Kau ke Gerbang (Ramadhan K. H.), Tahta untuk Rakyat (Mochtar Lubis), dan Sang Pencerah (Akmal Nasery Basral), walau merupakan karya sastra-yang imajiner, oleh pembaca tidak jarang juga dinikmati sebagai karya sastra. Karya biografis juga memberikan ruang bagi fiksionalitas, misalnya yang berupa sikap yang diberikan oleh penulis, di samping juga munculnya bentuk-bentuk dialog yang biasanya telah dikreasikan oleh penulis.
  3. Fiksi sains (science fiction)
    Fiksi sains jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan.
    Contoh: novel yang berjudul 1984 karya George Orwell.
  4. Cerita pendek/cerpen,
    Adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.
  5. Novelet
    Adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.
  6. Novel/roman
    Adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahan permasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.
  7. Cerita anak
    Adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.
  8. Novel remaja (chicklit dan teenlit)
    Adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja.
  9. Dongeng
    Adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.
  10. Fabel
    Adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain
  11. Hikayat
    Adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain. Novelet adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.
  12. Legenda
    Adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.Cerita anak
  13. Mite
    Adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.
  14. Cerita Penggeli Hati
    Sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.
  15. Cerita Perumpamaan
    Adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil

3. Unsur-Unsur Fiksi

Berikut ini unsur intrinsik yang membangun cerita fiksi dimana unsur ini ada di dalam cerita fiksi.

a. Tema,
Yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2015: 114) mengemukakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantic dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

b. Tokoh
Yaitu pelaku dalam karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 247) tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapa tokoh utama novel itu?”.

c. Plot
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (dalam
Nurgiyantoro, 2015: 167) mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa- peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.

d. Latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

  1. Latar Tempat
    Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
  2. Latar Waktu
    Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
  3. Latar Sosial-Budaya
    Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial-budaya memang dapat secara meyakinkan menggambarkan suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah tertentu melalui kehidupan sosial-budaya masyarakat.

e. Amanat
Yaitu pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam sebuah karya sastra atau pesan yang ingin disampikan pengarang kepada pembaca. Nurgiyantoro (2015: 429) menyebut dengan kata moral, moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Secara umum moral menunjuk pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

f. kewajiban.
Sudut pandang, yaitu cara pandang pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

g. Penokohan
Adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya melalui kata dan tindakannya.

Sedangkan unsur ekstrinsik yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, berikut ini.
a. Keadaan subjektivitas individu pengarang karya memiliki sikap.
b. Keyakinan
c. Pandangan hidup yang keseluruhan itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya
d. Psikolohi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan social juga akan mempengaruhi karya sastra.
e. Pandangan hidup suatu bangsa.
f. Berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.

Leave a Reply