Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1, sudahkah kalian benar-benar memahami struktur teks anekdot tanpa melihat contekan? Keren, kalian hebat. Kalian bisa memahami struktur teks anekdot tanpa melihat catatan.

Kegiatan pembelajaran 2 ini, kalian tetap akan menganalisis teks anekdot tetapi menganalisis teks anekdotnya berdasarkan unsur kebahasaan. Sama seperti kegiatan pembelajaran sebelumnya, kalian diberikan teks anekdot dan contoh hasil analisisnya.

Berdasarkan hal tersebut, kalian diharapkan mampu menganalisis teks anekdot berdasarkan unsur kebahasaannya serta dapat menyebutkan unsur kebahasaannya serta memahami penjelasannya berdasarkan pemahaman kalian sendiri.

Sebelum kalian menganalisis kebahasaan teks anekot, simaklah teks anekdot berikut :

Tidak Terlalu Dalam

Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.

Nasrudin menyiapkan sebuah gentong. Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh. Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim. Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.

Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?” Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.” Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!” Dan berlalulah Nasrudin.

1. Unsur Kebahasaan Teks Anekdot

Bagaimana kalian sudah membaca teks anekdot “Tidak Terlalu Dalam”? bagus. Pasti kalian juga sudah dapat menemukan unsur kebahasaan yang paling kentara dalam teks tersebut. Benar sekali, kalimat langsung. Kemudian, apa lagi yang kalian temukan? nama-nama tokoh atau tokoh yang disamarkan, seperti, presiden, jaksa, menteri, hakim, dan lain-lain. Unsur kebahasaan lainnya, yaitu keterangan waktu, kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material, kata kerja mental, konjungsi sebab akibat, kalimat imperatif, kalimat seru, dan konjungsi temporal, dan kalimat retoris. Untuk lebih jelasnya kalian bisa cermati pembahasan unsur kebahasaan teks anekdot, yakni :

a) Kalimat Langsung
Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-kalimat tidak langsung. Kalimat-kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para tokohnya, sedangkan kalimat tidak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali dialog seorang tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya berupa dalog yang menggunakan kalimat-kalimat langsung.

Contoh :

  • Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tandan tangan Tuan?”
  • Hakim tersenyum lebar. “Ah, kau jangan terlalu dalam memikirkannya.”
  • Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”
  • “Yah, “jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.”

b) Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal
Penggunaan ini dapat disebutkan secara langsung nama tokoh faktualnya, seperti Gus Dur atau tokoh yang disamarkan, seperti hakim, presiden, jaksa, atau tokoh-tokoh masyarakat lainnya.

Contoh:
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian.
Tokoh: Nasrudin dan hakim.

c) Keterangan Waktu
Keterangan waktu, misalnya kemarin, sore ini, suatu hari, ketika itu.

Contoh:

  • Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu.
  • Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.

Keterangan waktu: telah berulang kali.

d) Kata Kiasan
Kata kiasan atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki makna sebenarnya. Kata ini dapat berupa ungkapan atau peribahasa.

Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan.

Kata disogok atau menyogok merupakan kata kiasan dalam teks anekdot ini.

e) Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.

Contoh:

  • Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
  • “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!”

Kalimat sindiran: “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam.”

f) Konjungsi Penjelas
Konjungsi penjelas atau penerang, seperti bahwa. Hal ini karena berkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak langsung.

Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok.

g) Kata Kerja Material
Kata kerja material adalah kata yang menunjukkan suatu aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera. Hal ini terkait dengan tindakan tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

Contoh:

  • Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian
  • Nasrudin menyiapkan sebuah gentong
  • Gentong itu disisnya dengan tahi sapi hingga hampir penuh
  • Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya
  • Gentong itu dibawanyake hadapan Pak Hakim
  • Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin
  • Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
  • Ia mencuil sedikit mentega dan mencicipinya. “Wah, enak benar mentega ini!”.

Kata kerja material: mendatangi, menyiapkan, diisinya, mengoleskan, dibawanya, membubuhi, mengambil, mencuil dan mencicipinya.

h) Kata Kerja Mental
Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh.

Contoh:

  • Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok
  • Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.

Kata kerja mental : menyimpulkan dan memutuskan.

i) Konjungsi Sebab Akibat
Konjungsi sebab akibat merupakan kata penghubung yang menyatakan sebab akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga.

Contoh:

  • Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok
  • Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.

j) Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang bersifat atau memberi perintah atau dapat juga berupa peringatan, larangan.

Contoh:

  • Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan terlalu dalam!

k) Kalimat Seru
Kalimat seru biasanya ditandai dengan tanda seru, yang bersifat untuk menegaskan atau sebagai ungkapan rasa seseorang.

Contoh:

  • “Wah, enak benar mentega ini!”

l) Konjungsi Temporal
Konjungsi ini bermakna kronologis (temporal), seperti, akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu

Contoh:
Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.

m) Kalimat Retoris
Kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.

Contoh:
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”

Kalimat retoris di sini dapat juga sebagai kalimat yang mengandung sindiran.

Add Your Heading Text Here

Leave a Reply