Ikhtisar adalah sebuah penyajian singkat dari sebuah karangan asli yang tidak perlu memberikan seluruh isi dari karangan asli secara proporsional
Dalam hal tersebut, menurut para ahli, ikhtisar adalah sebuah penulisan dari pokok-pokok masalah penulisannya tidak diharuskan berurutan, akan tetapi boleh dengan secara acak atau juga disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema dari sebuah wacana. Ikhtisar ini berfungsi sebagai garis-garis besar dari masalah di dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.
Penulis ikhtisar tersebut dapat langsung mengemukakan inti atau pokok dari suatu masalah dan problematika dalam pemecahannya.
Sebagai ilustrasi, ada beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk dapat menjelaskan inti atau pokok dari masalah tersebut. Sementara bagian yang lain yang kurang penting bisa dihilangkan. Dari segi bentuk ikhtisar ini lebih bebas dibandingkan dengan ringkasan.
Ciri-Ciri Ikhtisar
- Tidak mempertahankan urutan gagasan
- Bebas mengombinasikan sebuah kata-kata dengan syarat tidak menyimpang dari inti
- Tujuannya untuk mengambil sebuah inti.
Fungsi Ikhtisar
- Untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata
- Memahami serta mengetahui isi sebuah buku atau sebuah karangan
- Membimbing serta menuntun seseorang agar dapat memahami inti dari suatu isi
Selain itu, ada beberapa hal yang harus kalian perhatikan untuk membuat ikhtisar yang kreatif dan inovatif. Untuk itu ,kalian cermati dua kutipan buku nonfiksi berikut !
Kutipan buku nonfiksi 1
Kutipan buku nonfiksi 2
1. Mengenali identitas Buku
Hal yang pertama kalian lakukan adalah, berkenalan terlebih dahulu dengan bukunya, yaitu kenalilah identitas bukunya!
Apakah identitas buku? sama halnya dengan kalian yang memiliki identitas, buku juga memiliki identitas, seperti, judul, pengarang, penerbit, dan sebagainya.
Contoh identitas kutipan buku nonfiksi 1
Judul buku : Gempa Literasi dari Kampung untuk Nusantara (nonfiksi)
Penulis : Gol A Gong dan Agus M. Irkham
Penerbit : Gramedia, Jakarta, 2012
Tebal buku : 510 hlm. xv
Kover : Warna dasar putih dan biru, terdapat gambar tangan yang sedang memegang bola dunia. Tangan tersebut bercorakkan tulisan. dan di bawah terdapat judul bukunya.
Contoh identitas kutipan buku nonfiksi 2
Judul buku : Buku Untuk Dibaca , All About Love, Life, and Hope
Penulis : Erick Namara
Penerbit : Citra Media Utama, Yogyakarta, 2016
Tebal buku : 380 + x
Kover : Warna dasar cokelat muda, tulisan judul buku warna hitam dengan huruf balok tebal dan menonjol, tulisan anak judul merah huruf kaptal, di bawah tulisan ada barcode tiga warna putih hitam dan logo Android warna hijau.
2. Cermati isi dalam setiap paragraf
Untuk mendapatkan maksud atau kesan umum dari sudut pandang pengarang aslinya, kalian bisa mencari gagasan utama atau gagasan pokoknya.
Misalnya:
Kutipan buku nonfiksi 1
- Semua orang mengetahui membaca buku itu penting.
- Minat baca anak Indonesia.
- Rendahnya minat baca Indonesia tidak ada integrasi antara pelajaran dan kewajiban.
- Tidak adanya standar minimal yang harus dihatamkan oleh siswa.
- Rendahnya minat baca anak Indonesia karena pengalaman yang kurang menyenangkan.
- Buku yang diperkenalkan kepada anak buku pelajaran yang tebal.
Kutipan buku nonfiksi 2
- Rumah kakek di kota New York.
- Saya menanyakan perbedaan sekarang dengan dulu.
- Saya mendengarkan dan membayangkan keadaan masa sulit
3. Menyusun kerangka tulisannya
Setelah kalian membaca dan menemukan inti dari setiap paragraf, kalian rangkas inti paragraf tersebut . Dalam penulisan inti kalimat , gunakan kalimat sendiri tetapi isinya tidak hilang dan boleh tidak beraturan mengambil inti pada setiap paragraf .
Contoh :
Kutipan buku nonfiksi 1
Semua orang mengetahui membaca buku itu penting. Namun sayangnya, minat baca anak Indonesia didapatkan sangat kurang. Hal ini terjadi disebabkan anak Indonesia mendapatkan pengalaman yang kurang menarik. Buku-buku awal yang diperkenalkan kepada mereka adalah buku-buku pelajaran yang cukup tebal. Hal inilah di antaranya yang membuat anak Indonesia enggan membaca. Memang benar bahwa rendahnya minat baca anak Indonesia tidak ada integrasi antara pelajaran dan kewajiban, tetapi anak-anak Indonesia harus tetap membaca. Setiap siswa harus memiliki suatu kesadaran dan kewajiban untuk membaca walaupun tidak adanya standar minimal yang harus diselesaikan oleh siswa.
Kutipan buku nonfiksi 2
Rumah kakek berada di kota New York. Ketika saya dan kakek berjalan bersama, saya penasaran perbedaan kota New York dahulu dengan yang sekarang. Mendengar cerita kakek, saya dapat membayangkan keadaan masa sulit pada saat itu.
4. Memeriksa tulisan aslinya
Dalam hal ini, perlu kalian perhatikan dari buku aslinya, bahwa setelah kalian membaca kemudian melakukan ikhtisar kalian dapat bebas mengombinasikan kata-kata, asalkan tidak menyimpang dari inti yang disampaikan penulisnya. Kalian juga tidak perlu mempertahankan gagasan utama yang menurut kalian tidak penting, begitu pula urutannya.
Bagaimana sudah paham? Tentunya kalian sudah memahami apa yang akan lakukan untuk membuat ikhtisar?
Bila kalian sudah memahami, cermati kutipan buku selanjutnya dan hasil ikhtisarnya!
Paku
Ada seorang anak yang sangat pemarah. Ayahnya dan anak itu kemudian sepakat membuat permainan untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah. Ayah itu kemudian memberikan sekantung paku.
Permainan itu pun mulai dimainkan. Pada hari pertama, anak itu ternyata sudah memakukan 48 paku. Lalu sesuai dengan kesepakatan, si Anak pun akan mengurangi jumlah paku yang ditancapkannya itu apabila dia berhasil menahan amarahnya. Anak itu sangat kesusahan untuk mengambil paku yang telah ditancapkan pada kayu. Karena kesusahan itulah dia berusaha untuk menahan amarahnya.
Akhirnya, bertambah harl, jumlah paku yang menanam di pagar semakin berkurang. Anak tersebut peian-pelan bisa mengendalikan amarahnya. Dan pada saat anak itu mulai bisa mengendalikan amarahnya, dia pun mengatakan ha! itu pada ayahnya. Tetapi ayahnya meminta untuk menunggu beberapa hari lagi. Jika memang tidak ada paku yang ditancapkan, berarti dia sudah berhasil meredakan amarahnya.
Beberapa hari kemudian, ternyata anak itu memang berhasil meredakan amarahnya. Ayahnya menawarkan permainan baru. Ketika dia tidak marah dalam sehari, maka bisa mencabut satu paku. Dan dimulai dari beberapa hari lalu.
Si anak merasa senang. Dan dia setuju dengan permainan baru itu. Maka dimulailah setiap hari dia mencabut paku karena berhasil menahan amarahnya.
Hari terus berlalu dan anak itu selalu mencabut paku hampir setiap hari. Pada suatu hari, dia melihat hanya tersisa satu paku saja. Dia berteriak girang. Permainan hampir selesai. Besok adalah hari terakhir. Dia tidak boleh kalah.
Keesokan harinya dia berusaha dengan keras supaya usahanya berhasil dalam mengendalikan amarah. Apa pun godaannya, dia berusaha mengendalikannya. Dan ternyata dia berhasil melakukannya.
Dia pun berlari kepada ayahnya dan bermaksud menunjukkan ayahnya bahwa dia menang. Paku terakhir akan dicabutnya. Ayahnya pun mengikutinya.
Setelah paku itu dicabut, anak itu tersenyum bangga, Ayah itu kemudian menepuk pundak anaknya. “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi, lihatlah lubang-Iubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain.”
*****
Setiap luka yang kita terima dari orang lain, kita mungkin bisa memaafkannya. Tetapi soal melupakannya? Belum tentu mampu. Dan juga pandangan kita kepada orang itu juga mungkin berubah selamanya.
Apa yang kita lakukan pun berlaku seperti itu. Apa yang kita katakan, tindakan kita, semuanya berpengaruh pada orang lain. Bisa memberi arti, bisa juga melukai. Dan keduanya samasama akan membekas di hati mereka. Karena itu pertimbangkan dengan baik sebelum melakukan apa pun kepada orang Iain.
Contoh ikhtisar:
Seorang ayah membuat kesepakatan dengan anaknya dengan cara permaianan. Permainan itu berupa menancapkan paku ke pagar kayu bila si anak itu marah. Hari pertama anak tersebut memakukan paku sebanyak 48 paku. Hari demi hari si anak dapat mengendalikan amarahnya dan tidak lagi menancapkan paku ke pagar kayu. Kemudian ayahnya menawarkan permainan baru, yaitu bila bisa menahan marah si anak harus mencaut paku yang ada di pagar kayu. Kemudian untuk beberpa hari si anak berhasil kembali menahan amarahnya. Si anak memberitahukan kepada ayahnya bahwa dia telah menang dalam permaian itu. Si anak menunjukan kepada ayahnya bahwa dia akan mencabut paku terakhir dan dia merasa bangga dan tersenyum. Kemudian ayahnya mengatakan bahwa anaknya telah berhasil tetapi lubang-lubang di pagar kayu tidak akan seperti sebelumnya. Kemudian ayahnya mengatakan bahwa kata-kata yang dilontarkan akan membekas di hati orang lain.