Sebagai sebuah kegiatan ilmiah debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelaan pengungkapan ide harus diperhatikan.
- Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan haryus benar-benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembenetukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
- Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun, dan sistematis. Ketepatan pemilihan kata /diksi dan penyusunan kalimat yang efektif.
- Kata yang dipilih hendaknya kata-kata yang bermakna denotative atau makna yang sebenarnya.
- Penggunaan bahasa daerah atau asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan.
Simaklah contoh teks debat berikut ini dengan judul Generasi Instan.
Generasi Instan
Moderator: Saat ini generasi baru telah muncul dengan nama generasi micin yang berarti anak-anak sudah tidak perlu repot dalam melakukan sesuatu semua dapat dilalui dengan proses instan. Bagaimana tanggapan kalian?.
Pro: Itu adalah hal yang bagus berarti saat ini anak-anak telah mampu mengikuti perkembangan jaman dan tidak tertinggal.
Kontra: Apa bagusnya? Saat ini anak-anak lebih memilih yang mudah tidak ada lagi berkumpul untuk mengerjakan kelompok bersama. Semua dapat dilakukan melalui media dan ujungnya anak akan terbiasa sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pro: Justru bagus, berarti anak-anak mandiri.
Kontra: Namun kita adalah makhluk sosial dan jangan sampai akhirnya anak-anak berfikir komunikasi tidak penting. Sudah jarang ke luar rumah, di rumah hanya sibuk depan gadget, laptop atau hal lainnya seperti itu. Terkadang orang tua tidak ditengok.
Pro: Generasi micin bukan melupakan komunikasi tetapi membuat komunikasi jauh lebih mudah. Komunikasikan dapat dilakukan melalui media tidak harus secara langsung. Generasi micin itu generasi modern yang bagus.
Kontra: Lama kelamaan budaya Indonesia yang terkenal ramah dan suka bergotong royong akan hilang. Semua telah digantikan melalui media, mereka akan jarang berkumpul dan sibuk membahasnya melalui gadget.
Pro: Tapi tidak semua seperti itu, masih banyak orang yang mampu menjadi generasi micin yang keren. Dimana dari bermain melalui gadget sudah dapat menghasilkan uang dan berkomunikasi tanpa batas dengan orang dari segala penjuru.
Moderator: Baiklah debat mengenai generasi micin kita akhiri dan kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa saat ini generasi micin memang sudah tidak dapat dihindari, ada baiknya dihadapi namun tetap dengan bijak dan tidak melupakan budaya yang ada saat ini.
Jika kamu ingin menyusun teks debat, kamu harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
- Menggunakan kalimat kompleks
Teks debat umumnya menggunakan kalimat dengan lebih dari satu struktur serta kata kerja. - Menggunakan konjungsi
Teks debat sering menggunakan konjungsi untuk menghubungkan kata-kata dan/atau kalimat. - Menggunakan kata rujukan
Teks debat umumnya merujuk pemberi informasi dengan kata rujukan.
Ayo, Coba Baca Contoh Teks Debat Ini!
Mosi : Larangan memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa
Pro: PR umumnya memberatkan siswa dan menyita waktu yang dimiliki siswa untuk bersosialisasi dengan anggota keluarga di rumah. Pada saat mengerjakan PR, siswa juga umumnya menyontek atau bekerja sama sehingga memberikan PR bagi siswa tidak efisien untuk dilakukan.
Kontra: PR adalah sarana bagi siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang telah ia dapatkan di sekolah. Jika tidak mendapatkan PR, kebanyakan siswa tidak akan menyentuh buku-buku sekolah di rumah. Dengan begitu, memberikan PR sama dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan review atas pelajaran. Karenanya, membuka buku pada saat mengerjakan PR tidaklah sama dengan mencontek.
Pro: Pada kenyataannya, kehidupan siswa tidaklah melulu soal pelajaran di sekolah. Siswa juga membutuhkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya serta anggota keluarga di rumah. Adanya PR akan memberikan tekanan bagi siswa yang akhirnya merasa stres. Karena siswa pun akhirnya membuka buku saat mengerjakannya, PR menjadi tidak begitu fungsional.
Kontra: Ada banyak jenis PR yang dapat dipilih tenaga pendidik yang mengharuskan siswa untuk mengerjakannya sekaligus bersosialisasi, baik itu dengan teman sebayanya maupun dengan anggota keluarganya. Dewasa ini, tenaga pendidik punya banyak akses terhadap sumber yang dapat memberikan variasi kegiatan atau soal dalam PR yang tidak akan menekan siswa. Karena PR dikerjakan dengan kebebasan mengakses sumber-sumber lain, maka nilai yang didapatkan siswa dari PR juga akan membantunya.