Kalian tentunya pernah mengenal tokoh pendidikan ataupun sastrawan Indonesia melalui berbagai media. Pernahkah kalian mendengar Taufiq Ismail? beliau adalah sastrawan Indonesia angkatan 66 yang karyanya sudah tak terhitung. Beliau adalah dokter hewan yang sastrawan dan peka terhadap kehidupan politik di Indonesia. Karya puisinya telah dilantunkan oleh beberapa penyanyi kondang Indonesia salah satunya Bimbo dengan judul lagunya” Sajadah Panjang”. Itulah seulas tentang Taufiq Ismail.
Biografi sering pula disebut sebagai narasi objektif karena berbentuk cerita. Sebagaimana teks berbentuk cerita lainnya, teks biografi mengandung unsur tokoh, latar, dan alur.
- Tokoh dalam teks itu adalah Tengku Ibrahim PM TOH.
- Latar di daerah Aceh, pada tahun 80-90-an.
- Alur:
a. memperdalam seni PM TOH;
b. menuturkan hikayat dari kampung ke kampung;
c. mengoleksi Hikayat Raja-raja Pasai.
Berdasarkan bentuknya.teks biograh sama dengan cerpen, novel, dan jenis-jenis teks narasi lainnya. Jenis-jenis teks itu dibentuk oleh unsur-unsur tokoh, latar, dan alur. Bedanya biografi bersifat faktual. Sementara itu, cerpen dan novel merupakan teks yang bersifat imajinatif. Oleh karena itu, biografi digolongkan kedalam jenis teks narasi objektif atau narasi faktual. Hal itu karena cerita di dalamnya berupa fakta-fakta.
1. Karakteristik Biografi
Cermati cuplikan teks berikut
Tidak banyak sejarawan, kritikus sastra, maupun pengamat sastra yang mengetahui bahwa Abuya Drs. Djamaluddin Wa|y sebagai ulama Aceh yang mencintai rakyat ternyata juga piawai dalam menulis syair. Saya tidak ragu mengatakan bahwa beliau adalah seorang ulama Aceh yang sastrawan. Hal tersebut tergambarjelas dari isi buku yang ditulisnya, antara lain terdapat dalam buku yang keempat (4) yang ratarata setiap judul materi ditulis dalam ragam bahasa sastra berbentuk syair 4 baris yang mirip pantun.
Jika Provinsi Riau terkenal dengan ulama dan sastrawan Raja Ali Haji, maka Aceh memiliki sastrawan yang juga ulama hebat bernama Abuya Djamaluddin Wa|y. Jika rakyat lndonesia pernah kagum dengan ulama yang sastrawan seperti Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA), maka Abuya Djamaluddin Waly adalah HAMKA-nya orang Aceh. Seperti kita juga kagum kepada sosok ulama dan sastrawan Ali Hasjmy karena ulama-ulama itu adalah permata bangsa dan pewaris para nabi.
Dalam cuplikan tersebut terdapat sebuah ”masalah” yang dialami tokoh Abuya Djamaluddin Waly, yakni ketiadaan sejarawan, kritikus sastra, ataupun pengamat sastra yang membahas karya-karya tokoh tersebut. Padahal tokoh tersebut cukup piawai dan menghasilkan banyak karyaia pun merupakan sastrawan terkenal di Aceh.
Sebagaimana yang tergambar di dalam cuplikan tersebut bahwa dalam suatu teks biografi sering disampaikan pula berbagai masalah atau kesulitan yang dialami tokohnya. Masalah-masalah itu mungkin terkait dengan keluarga, pendidikan, karier, dan hal lainnya. Di samping berbagai kesuksesan ataupun keunggulan-keunggulannya. masalah yang dialami tokoh sering pula tersaji di dalam suatu teks biografi. Dengan masalah ataupun persoalan-persoalan hidup yang diceritakan dalam suatu biografi, Pembaca dapat menjadikannya sebagai pelajaran, yang kemudian diharapkan bisa menjadi cermin pula bagi kehidupannya.
2. Struktur Teks Biografi
Untuk dapat memahami bahkan menyusun teks biografi, kalian perlu mengenali struktur dari teks tersebut dengan jelas. Sebagaimana yang kalian pahami sebelumnya bahwa biografi merupakan teks narasi objektif. Teks tesebut terbentuk cerita yang di dalamnya terkandung unsur penokohan, latar, dan alur kejadian. Teks tersebut tersusun pula oleh bagian- bagiannya dari awal hingga akhir, yaitu sebagai berikut.
a. Orientasi
Orientasi atau setting (aim), berisi pengenalan latar belakang kehidupan tokoh, yakni kisah ketika kecil atau keadaan keluarga.
Hamka adalah seorang sastrawan Indonesia dan ulama. Selain sebagai sastrawan, ia juga dikenal sebagai ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka adalah singkatan dari nama lengkapnya, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Dalam dunia kepengarangan, Hamka juga kadang-kadang menggunakan nama samaran, yaitu A.S. Hamid, Indra Maha, dan Abu Zaki. Hamka lahir pada tanggal 16 Februari 1908, di Sungai Batang, Maninjau, Sumatra Barat. Ayahnya adalah Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, seorang ulama Islam yang sangat terkenal di Sumatra dan pendiri Sumatra Thawalib di Padang Panjang, sedangkan ibunya adalah Siti Shahyah Tanjung. Perceraian orang tuanya menyebabkan Hamka sudah harus berpisah dengan ibunya pada saat usianya baru menginjak enam tahun.
b. Kejadian Penting
Kejadian penting (important even, record of events), berisi rangkaian peristiwa yang disusun secara krolologis , menurut urutan waktu, yang meliputi rangkian peristiwa yang dialami tokoh. Dalam bagian ini mungkin pula disertakan komentar-komentar penulis pada beberapa bagiannya.
Contoh :
Untuk meningkatkan pengetahuannya, pada tahun 1924, Hamka merantau ke Pulau Jawa. Mula-mula ia ke Yogyakarta, Surabaya, lalu Pekalongan. Ia mempelajari pergerakan Islam yang pada waktu itu sedang bergelora. Selama di Pulau Jawa, Hamka mendapat pengetahuan tentang pergerakan Islam dari H.O.S. Cokroaminoto, H. Fachruddin, R.M. Suryopranoto, dan St. Mansyur. Hamka hanya setahun tinggal di Pulau Jawa. Pada tahun 1925, ia kembali ke Padang Panjang dan mulai mencoba menjadi seorang pengarang. Hasilnya lahir setahun kemudian; sebuah novel berbahasa Minangkabau yang berjudul Si Sabariah (1926).
c. Reorintasi
Reorientasi berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin ada atau tidak ada di dalam suatu teks biografi.
Contoh :
Belakangan, ia mendapat sebutan Buya (berasal dari bahasa Arab, abi atau abuya, yang berarti ayahku), sebuah panggilan yang ditujukan untuk seseorang yang dihormati. la juga dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011, pada tanggal 9 November 2011