Untuk menceritakan kembali teks biografi yang kalian baca, kalian harus memahami pokok-pokok informasi yang terdapat di dalam teks biografi tersebut. Pokok informasi dapat dilihat dari kalimat utama maupun ide utama yang terdapat dalam setiap pararaf baik pada bagian orientasi, peristiwa-peristiwa penting, dan juga pada bagian reorientasi. Teks biografi merupakan salah satu bentuk teks naratif objektif yakni teks yang menceritakan atau menggambarkan dengan jelas suatu rangkaian peristiwa atau kejadian urutan dan kurun waktu tertentu berdasarkan keadaan yang sebenarnya, fakta, serta tidak disertai anggapan atau pandangan pribadi. Ada beberapa pola yang dapat digunakan dalam mengembangkan paragraf narasi. Kosasih (2012:12-13) mengatakan bahwa paragraf narasi dapat dikembangkan dengan berbagai pola, antara lain dengan urutan waktu dan urutan tempat. Urutan waktu disebut pola kronologis. Kejadian- kejadian disampaikan dengan urutan dari pagi hingga siang atau dari malam sampai pagi,dari dulu ke zaman sekarang dan sebagainya. Sedangkan urutan ruang disebut pola spasial. Kejadian-kejadian dalam paragraf itu disusun dengan mengikuti bagian-bagian dari suatu tempat, misalnya dari barat ke timur, dari pinggir ke tengah, dari dalam ke luar dan sebagainya.

Pada bagian orientasi, berisi informasi tentang pengenalan tokoh yang diceritakan dan gambaran awal seorang tokoh tersebut. Pada bagian peristiwa atau kejadian penting, tokoh mendapatkan suatu kejadian atau peristiwa dalam hidupnya mulai dari kejadian seorang tokoh terpuruk dalam masalahnya sampai dengan menggapai cita-cita sehingga mencapai kesuksesan. Sedangkan pada bagian reorentasi berisi informasi yang sifatnya opsional yakni pandangan seorang penulis terhadap tokoh yang diceritakan dalam teks biografinya. Kejadian-kejadian penting yang dialami tokoh diurutkan secara kronologis. Dalam kejadian penting tersirat karakter tokoh yang dapat kita teladani.

Menceritakan kembali teks biografi dapat dilakukan dengan pola penyajian narasi penuh maupun pola penyajian campuran antara naratif dan dialog. Pola narasi penuh misalnya sebagai berikut :

Sutan Takdir Alisyahbana

Beliau dilahirkan di Natal, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 11 Februari 1908, dan meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994 dalam usia 86 tahun. Dinamai Takdir karena jari tanganna hanya ada 4. Ibunya seorang Minangkabau yang telah turun temurun menetap di Natal, Sumatera Utara sementara ayahnya, Raden Alisyahbana gelar Sutan Arbi, ialah seorang guru. Kakeknya, Sutan Mohamad Zahab, dikenal sebagai seseorang yang dianggap memiliki pengetahuan agama dan hukum yang luas.

Mula-mula STA sekolah di HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Bengkulu (1915- 1921) kemudian melanjutkan sekolahnya di Kweekschool, Bukit Tinggi, Lahat, Muara Enim (1921-1925) dan Hogere Kweekschool, Bandung ( 1925-1928) serta Hoofdacte Cursus di Jakarta (1931-1933), yang merupakan sumber kualifikasi tertinggi bagi guru di Hindia Belanda pada saat itu. Kemudian di Rechtschogeschool,
Jakarta. Pada tahun 1942 Sutan Takdir Alisyahbana mendapat gelar Meester in derechten (Sarjana Hukum). Sutan Takdir juga mengikuti kuliah-kuliah tentang ilmu bahasa umum, kebudayaan Asia, dan filsafat. Ia menerima gelar Dr. Honoris Causa dari UI (1979) dan Universiti Sains, Penang, Malaysia (1987).

Selain pola narasi penuh dapat pula dengan pola narasi campuran, misalnya :

Septinus George Saa, Kisah Sang Jenius dari Tanah Papua

Septinus George Saa adalah seorang pemenang lomba First Step to Nobel Prize in Physics pada tahun 2004 dari Indonesia. Makalah ilmiahnya berjudul Infinite Triangle and Hexagonal Lattice Networks of Identical Resisto. Bahkan ia pun menemukan rumus Penghitung Hambatan antara Dua Titik Rangkaian Resistor yang kemudian diberi namanya sendiri yaitu “George Saa Formula”.

Prestasi pemuda berusia 19 tahun ini sangat mengagumkan. Rumus yang ditemukannya berhasil memenangkan First Step to Nobel Prize in Physic yang itu mengungguli ratusan paper dari 73 negara yang masuk ke meja juri. Para juri yang terdiri dari 30 jawara fisika dari 25 negara itu hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk memutuskan pemuda 17 tahun asal Jayapura ini menggondol emas.

…………………………
Sementara si Bungsu, Oge, meraih emas di panggung internasional. “Semua anak mama tidak manja dengan uang, sebab kami tidak punya uang,” tutur mama Nelce usai menemani puteranya menerima penghargaan dari Departemen Kehutanan, Selasa (22/6/2004), di Departemen Kehutanan, Jakarta.

Berdasarkan teks biografi tersebut kalian bias menceritakan kembali dengan bahasa kalian sendiri. Tentu saja tetap memperhatikan kaidah dan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif.

Berikut contoh penceritaan teks biografi dengan pola yang berbeda, tetapi isi informasinya tetap sama.

Leave a Reply