Mengamati dan Mendeskripsikan Karya Seni Rupa
Pengalaman Mengamati Karya Seni Rupa
Pada tahap ini pengamat seni, saatnya untuk menceritakan terkait karya seni rupa yang telah diamati dan memiliki dampak bagi diri dan juga lingkungannya. Sehingga apa yang telah dia lihat dan dia rasakan saat mengamati karya seni entah itu di galeri, mesum ataupun di ruang pamer, dapat dirasakan juga oleh orang lain yang notabene tidak sempat mengamati karya seni.
Mendeskripsikan dan Menganalisis Karya Seni Rupa
Deskripsi karya seni rupa adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjelaskan segala sesuatu yang ada dan terlihat pada sebuah karya seni.
(dikutip dari buku seni rupa kelas x), hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendeskripsikan karya seni adalah:
• Medium yang digunakan (teknik dan bahan)
contoh: Jika siswa melihat sebuah lukisan kanvas yang menggunakan cat minyak, maka teknik yang digunakan adalah melukis dan bahannya adalah cat minyak dan kanvas.
• Unsur karya (obyek yang terlihat, warna-warna yang nampak, bentuk yang terlihat).
Menganalisis karya seni rupa
Ada beberapa metode kritik yang dapat digunakan dalam mengapresiasi karya seni seperti yang dikemukakan Chapman (1978), yaitu: metode induktif, metode deduktif, metode empatik, dan metode interaktif. Selain itu, siswa juga dapat menggunakan jenis kritik seni rupa menurut Feldman (1967: 452-456) yang terdiri dari: Kritik Jurnalistik (Jurnalistic Criticism), Kritik Pedagogik (Pedagogical Criticsm), Kritik Akademik (Scholary Criticism), Kritik Populer (Popular Criticism).
Kegiatan mengapresiasi seni melalui kritik pedagogik biasanya dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan tinggi pendidikan kesenian. Namun demikian, model ini juga bisa dikembangkan oleh guru dengan tujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi artistik-estetik siswa sehingga mereka mampu mengembangkan apresiasi dan pemahamannya terhadap karya yang dibahas.
Penyajian kritik dalam teori kritik seni menurut para ahli dikenal beberapa tahap kegiatan. Feldman (1967: 469), mengungkapkan tahapan kritik terdiri dari: Deskripsi (Description), Analisis Formal (Formal Analysis), interpretasi (Interpretation), dan evaluasi atau penilaian (Evaluation or Judgement).
Sementara itu Barrett (1994: 16) menyoroti hal tersebut dengan istilah fungsi kritik seni sebagai “the description, interpretation, and evaluation of new art”. Selain itu siswa juga dapat menggunakan metode mengapresiasi suatu karya seni sebagaimana dikemukakan Brent G. Wilson dalam bukunya yang berjudul Evaluation of Learning in Art Education, bahwa apresiasi memiliki 3 konteks utama:
• Apresiasi Empatik: menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat ditangkap sebatas indrawi saja.
• Apresiasi Estetis: menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
• Apresiasi Kritik: menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan klasifikasi, deskripsi, analisis tafsiran, dan evaluasi. Proses pembelajaran apresiasi seni, dapat dilakukan melalui metode dan pendekatan seperti dikemukakan oleh (Sahman, 1993: 153; Soedarso, 1990: 83-84) yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan aplikatif: Pendekatan ini dilakukan melalui proses penciptaan seni secara langsung. Hal ini sejalan dengan ajaran Dewey “learning by doing”.
b. Pendekatan Historis: Ditempuh melalui pengenalan sejarah seni. Penciptaan demi penciptaan, peristiwa demi peristiwa yang masingmasing memiliki problema sendiri, dibicarakan dan dibahas secara urut.
c. Pendekatan problematik: Menyoroti masalah serta liku-liku seni sebagai sarana untuk dapat menikmatinya secara semestinya, kemudian deretan problem-problem senilah yang harus dibahas satu persatu. Menurut Sobandi (2007), ada beberapa model pembelajaran apresiasi, di antaranya:
a. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Karya Reproduksi (ASmKR)
b. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Media Film (ASmMF)
c. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Pameran Sekolah (ASmPS) Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Kunjungan ke Museum (ASmKM)
d. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Presentasi Pengalaman Berkarya (ASmPPB)
e. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Artist Talk Seniman (AmATS)
f. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Telaah Karya (ASmTK)
g. Model Pembelajaran Apresiasi melalui Kritik Wachowiak dan Clements
h. Model Pembelajaran Apresiasi Seni melalui Praktek Studio-Kritik Seni (ASmPSKS)
Berdasarkan beberapa metode dan langkah di atas, sebenarnya bentuk pembelajaran apresiasi terdiri dari dua jenis kegiatan, yaitu :
1. Apresiasi Pasif: Kegiatan menonton dan menikmati tanpa memberi umpan balik untuk wacana seni rupa
2. Apresiasi Aktif: dapat dilakukan melalui beberapa alternatif kegiatan sebagai berikut:
• Kegiatan diskusi terarah
• Pengembangan wacana (penelitian, ulasan, kritik)
• Kegiatan koleksi untuk publik –koleksi yang dilakukan oleh museum atau institusi publik, dan menampilkan koleksi untuk publik luas.
• Kegiatan koleksi untuk privat – koleksi yang dilakukan untuk disimpan dan dinikmati secara pribadi atau kelompok tertentu
• Hasil-hasil dari kegiatan apresiasi aktif bisa digunakan untuk penelitian dan acuan untuk pengembangan ekosistem seni rupa.
Tempat Mengapresiasi Karya Seni Rupa
Galeri adalah ruang untuk menampilkan karya seni dalam bentuk pameran, biasanya galeri dikelola secara komersial yang bertujuan untuk menjual karya seni.
Ruang untuk menyimpan, merawat, merestorasi benda-benda bersejarah dan berfungsi sebagai tempat publik untuk mengakses karya seni secara edukatif.
• Museum Publik: Museum yang dikelola oleh pemerintah dan terbuka untuk public.
• Museum Privat: Museum yang dimiliki oleh individu tertentu atau sebuah perusahaan swasta.
Tempat-tempat umum seperti jalanan, taman, dan gedung-gedung yang digunakan oleh masyarakat luas. Misalnya: patung-patung di taman, mural, graffiti, dsb.
Ruang yang digunakan oleh komunitas seni rupa untuk berkumpul, berbagai pengetahuan dan memamerkan karya seni.
Disajikan dalam bentuk virtual di platform tertentu, misalnya: Website, Instagram, dsb.
Cara Mengapresiasi Karya Seni Rupa
Berbagai cara dapat dilakukan dalam mengapresiasi karya seni rupa di pameran, contoh :
1. Berbicara langsung dengan seniman/kurator/pemandu pameran.
2. Mengikuti tur galeri dan mendengarkan penjelasan atau membaca penjelasan dari setiap karya seni yang dipamerkan.
3. Tidak menyentuh karya kecuali diperkenankan.
4. Mematuhi peraturan yang diberlakukan di ruang pameran. Di setiap ruang pameran, tentu saja memiliki peraturan yang berbeda-beda.