MENGANALISIS JENIS, TEMA, FUNGSI, DAN NILAI ESTETIS KARYA SENI RUPA

Dalam menganalisis dari aspek jenis kita perlu melakukan pengklasifikasian seni rupa yang dapat dibuat berdasarkan jenisnya. Kita mengenal 1) seni rupa murni seperti lukisan, patung dan seni grafis, 2) seni rupa terapan seperti desain dan krya. Sedangkan dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi tiga kategori; 1) seni rupa dua dimensi, 2) seni rupa tiga dimensi), 3) seni rupa multi dimensi seperti seni rupa pertunjukan (performance art), environment art, happening art, video art dan seni-seni yang dikategorikan menggunakan media baru.
Menganalisis dari segi tema kita mengkaji terkait gejala-gejala yang terdapat pada sebuah karya seni rupa. Tema itu dapat bersumber dari realitas internal dan realitas eksternal. Tema yang bersumber dari realitas internal seperti harapan, emosi, cita-cita, intuisi, khayal, dan kepribadian seorang perupa yang diekspresikan melalui karya seni. Sedangkan tema yang bersumber dari realitas eksternal adalah ekspresi interaksi perupa dengan kepercayaan (tema religius), kemiskinan, ketidakadilan, politik, sosial, lingkungan, nasionalisme, budaya, dan lain-lain.
Menganalisis dari segi fungsi kita mengkaji soal fungsi atau kegunaan dari sebuah karya seni rupa. Apakah karya tersebut digunakan sebagai media ekspresi, sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis, atau untuk memenuhi kebutuhan akan benda fungsional yang indah, dll. (dikutip dari buku Seni Budaya kelas XI edisi revisi 2017), fungsi seni rupa dapat dikategorikan sebagai berikut; 1) fungsi seni bagi perupa murni adalah sebagai media ekspresi, 2) fungsi seni bagi apresiator adalah sebagai sarana untuk mendapatkan pengalaman estetis, 3) fungsi seni bagi perupa terapan adalah untuk menciptakan benda fungsional yang estetis, dan 4) fungsi seni bagi masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan akan benda fungsional yang indah.
Menganalisis dari aspek nilai estetis kita mengkaji terkait gejala-gejala yang terdapat pada sebuah karya seni rupa. Secara teoritis nilai estetis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai objektif/intrinsik dan nilai subjektif/ekstrinsik. (dikutip dari buku Seni Budaya kelas XI edisi revisi 2017), bahwa Nilai objektif khusus mengkaji gejala visual karya seni rupa. Aktivitas ini mendasarkan kriteria ekselensi seni pada kualitas interaktif tatanan formal karya seni yang mengutamakan relasi antar unsur visual yang terjalin padu dalam sebuah karya seni (pendekatan formalis). Nilai subjektif menelusuri nilai estetis dengan menjawab pertanyaan; apakah lukisan ini memukau dan hadir dalam kehidupan pribadi saya? Efek apakah yang diberikannya pada saya? Jika demikian sejauh mana? Pengalaman mengamati dan menikmati karya seni demikian biasanya melukiskan pengembaraan imaji, emosi, suasana kejiwaan yang hidup dalam diri pengamat (pendekatan ekspresionis). Nilai estetis dikaji berdasarkan upaya menelusuri aspek sosial, psikologi dan historis karya seni. Pengk dilakukan dengan mempelajari asal-usul karya seni dan pengaruh yang menimpanya (pendekatan kontekstualis). Bila seni dipandang sebagai sarana memajukan dan mengembangkan tujuan moral, agama, politik, dan lain-lain, maka seni adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai seni terletak pada manfaat dan kegunaannya (pendekatan instrumentalis). Jadi nilai estetis ini bisa bersifat objektif dan juga subjektif. Nilai objektif itu penilaian yang dilakukan berdasarkan teori kesenirupaan yang berlaku, bukan menilai berdasarkan pandangan pribadi. Sedangkan nilai subjektif adalah penilaian yang dilakukan berdasarkan pandangan setiap orang, berdasarkan pengalaman, kepribadian, pengetahuan, wawasan dan tergantung di mana seseorang itu tinggal.

Leave a Reply