Apresiasi Karya Seni Rupa Tiga Dimensi

Apresiasi Karya Seni Rupa Tiga Dimensi

Jenis karya seni rupa tiga dimensi

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 30) seperti karya seni rupa dua dimensi, berdasarkan fungsinya, karya seni rupa tiga dimensi juga dibedakan menjadi:

  1. karya yang memiliki fungsi pakai (seni rupa terapan/applied art); dan
  2. karya seni rupa yang hanya memiliki fungsi ekspresi saja (seni rupa murni – fine art/pure art).

Perbedaan fungsi pada sebuah karya seni rupa ditentukan oleh tujuan pembuatannya. Karya seni rupa sebagai benda pakai yang memiliki fungsi praktis dibuat dengan pertimbangan daya guna bagi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, karya seni rupa terapan akan dibuat seberguna dan senyaman mungkin namun tetap tampak indah.

Oleh karena fungsi terapan atau fungsi praktis (pakai) sebuah karya seni rupa adalah aspek utama yang harus diperhatikan, maka dalam pembuatan karya seni rupa ini seorang perupa atau dalam konteks seni rupa terapan lebih sering dipanggil sebagai seorang desainer, akan mempertimbangkan aspek tersebut sebelum menambahkan unsur lainnya. Sebaliknya karya seni rupa murni hanya akan menciptakan karya seindah atau semenggugah mungkin dengan memperhatikan setiap rincian detail yang menaunginya.

Tema karya seni rupa tiga dimensi

Karya seni rupa tiga dimensi juga dapat dikategorikan berdasarkan temanya. Seorang perupa akan memilih tema tertentu sebagai bagian dari konsep berkaryanya. Dengan penentuan tema, seorang perupa akan memilih objek dan medium berkaryanya. Tema yang sama dari beberapa orang perupa sangat mungkin diungkapkan dengan gaya, objek, dan medium yang berbeda. Karya seni rupa tiga dimensi dengan tema yang sama dapat ditampilkan melalui seni patung, seni instalasi, maupun seni bangunan.

Karya seni rupa tiga dimensi juga memiliki unsur-unsur rupa seperti warna, garis, bidang, dan bentuk, seperti karya seni rupa dua dimensi. Terdapat beberapa unsur lain seperti unsur penelusuran dan unsur sentuhan (haptic) pada karya seni rupa tiga dimensi. Selain digunakan dan diatur sedemikian untuk memperindah bentuknya, unsur rupa pada karya seni rupa tiga dimensi ini dapat saja memiliki makna simbolis. Berbagai makna simbolis tersebut mungkin saja berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal itu karena setiap daerah atau masyarakat memiliki konvensi atau persetujuan mengenai simbol akan sesuatu yang berbeda. Ambil contoh warna putih berarti suci di tanah Sunda, namun di Sulawesi warna putih dapat berarti warna dengan asosiasi negatif seperti kematian.

Fungsi karya seni rupa tiga dimensi

Karya seni rupa tiga dimensi pada umumnya diciptakan dengan fungsi:

1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan karya-karya seni rupa murni yang hanya untuk dinikmati, contohnya: patung, relief, monumen

2. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan karya-karya seni rupa terapan atau desain dan kriya yang bisa digunakan atau difungsikan di masyarakat, contohnya: desain industri, desain interior, kriya rotan, kriya logam, dan kriya kayu.

Jika pada aeni rupa dua dimensi memiliki nilai estetis, dalam seni rupa tiga dimensi juga tentu memiliki nilai estetis. Nilai estetis pada sebuah karya seni rupa dapat bersifat objektif dan subjektif.

Nilai estetis objektif

Suatu nilai estetis yang bersifat objektif berarti memandang keindahan karya seni rupa pada wujud karya seni itu sendiri yang tampak secara kasat mata. Dalam pandangan objektif ini, nilai estetis atau keindahan sebuah karya seni rupa tersusun dari:

  1. komposisi yang baik,
  2. perpaduan warna yang sesuai,
  3. penempatan objek pas sehingga tampak seimbang dan membentuk kesatuan, dan sebagainya. Keselarasan dalam menata unsur-unsur visual inilah yang mewujudkan sebuah karya seni rupa secara objektif.

Nilai estetis subjektif

Berbeda halnya dengan nilai estetis yang bersifat subjektif, keindahan tidak hanya pada unsur-unsur fi sik yang ditangkap oleh mata secara visual, tetapi ditentukan oleh selera orang yang melihatnya. Contohnya, ketika kita melihat sebuah karya seni rupa, kita mungkin tertarik pada apa yang ditampilkan dalam karya tersebut dan merasa senang untuk terus melihatnya bahkan ingin memilikinya. Namun orang lain belum tentu merasakan hal yang sama. Bisa jadi orang lain justru kurang tertarik pada karya tersebut dan lebih tertarik pada karya lainnya. Perbedaan inilah yang menunjukkan bahwa nilai estetis sebuah karya seni rupa dapat bersifat subjektif. Dalam ranah yang subjektif, perupa dan penikmatnya harus berada pada zona kesukaan yang sama agar dapat berhasil. Hal ini yang menyebabkan mengapa banyak bermunculan suatu komunitas seni yang khusus mendiskusikan dan berkarya dengan gaya, bahan, dan bahkan medium yang spesifik.

Salah satu karya seni rupa tiga dimensi adalah patung. Karya seni patung memiliki berbagai ragam dan jenis yang tersusun dari berbagai medium pula. Terdapat patung yang terbuat dari batu, kayu, logam, bahkan bahan limbah yang didaur ulang.

Untuk berkarya seni rupa tiga dimensi sebetulnya tahapan yang dilalui masih sama dengan berkaya seni rupa dua dimensi. Di bawah ini adalah beberapa langkah berkarya seni rupa tiga dimensi seperti yang disampaikan oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm. 40) sebagai berikut:

  1. Mencari dan menemukan ide yang akan dibuat patung
  2. Membuat sketsa
  3. Memilih alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat patung
  4. Berkarya patung sesuai dengan sketsa, alat dan bahan yang telah dipilih.

Leave a Reply